Kamis, 27 Agustus 2015

Rantai dan Kotak Korek Api


http://pamongreaders.com/foto_berita/medium_34gajah.jpg
Dari kejauhan, pawang membius gajah liar menggunakan senapan bius. Ketika gajah tidak sadarkan diri, pawang memasangkan sebuah rantai besi yang besar ke kakinya dan mengikatkannya ke sebuah pohon besar. Kemudian ketika gajah itu tersadar, dia menjadi lapar. Apa yang terjadi ketika gajah itu mencoba berjalan untuk mencari makan? Gajah itu terjatuh karena kakinya terikat pada pohon. Gajah itu mencoba berkali-kali, tetapi usahanya selalu sia-sia. Gajah menjadi sangat lelah dan menjadi semakin lapar.
Saat itu, pawang datang membawa sekeranjang rumput dan meletakkannya di dekat gajah. Karena lapar, gajah itu kemudian langsung memakan rumput yang sudah tidak segar lagi. Beberapa hari kemudian gajah itu lapar lagi, dia kembali mencoba mencari makan, tapi lagi-lagi dia terjatuh. Dia mencoba lagi, terus terjatuh. Kemudian sang pawang datang lagi membawa rumput. Gajah makan rumput tersebut, dan seterusnya dan seterusnya.
Suatu ketika sang pawang melepaskan rantai besi dan menggantikannya dengan seutas tali yang diikatkan ke sebuah pasak kecil yang terrancap di tanah. Tetapi sang gajah tidak pernah mencoba lari atau berbuat apa pun. Kenapa? Karena dalam pikirannya rantai besi itu masih mengikat kakinya. Dia merasa bahwa apa pun cara yang dilakukannya tidak mungkin ia akan mendapatkan rumput segar. Sejak itu hingga akhir hayatnya, dia selalu merasa bahwa dia hanyalah makhluk kecil yang tidak berdaya. Kemampuan gajah yang seharusnya luar biasa telah dikerdilkan oleh lingkungannya.

Lalu Ambil seekor kutu anjing dan masukkan kutu tersebut ke dalam  sebuah kotak korek api kosong. Biarkan selama satu hingga dua minggu. Lalu keluarkan. Apa yang terjadi? Kutu itu hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja. Padahal seekor kutu anjing mampu melompat setidaknya 300 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tubuhnya.
Ketika kutu itu berada di dalam kotak, dia mencoba melompat tinggi. Tapi apa yang terjadi? Dia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi, dan terbentur lagi. Terus begitu, hingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri. Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya memang hanya segini.” Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur kotak lagi. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, "Nah benar, kan? Kemampuan saya memang cuma segini, inilah saya!" Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuannya telah dibatasi oleh lingkungannya.
Setiap orang memiliki rantai gajah dan kotak korek api yang memenjara kemampuannya dan menghambat kemajuan dirinya. Apa yang menjadi rantai gajah dan kotak korek api setiap diri-diri kita ini?


Sumber : Kubik Leadership


1 komentar: