Dari kejauhan, pawang membius gajah liar menggunakan
senapan bius. Ketika gajah tidak sadarkan diri, pawang memasangkan sebuah
rantai besi yang besar ke kakinya dan mengikatkannya ke sebuah pohon besar.
Kemudian ketika gajah itu tersadar, dia menjadi lapar. Apa yang terjadi ketika
gajah itu mencoba berjalan untuk mencari makan? Gajah itu terjatuh karena kakinya terikat pada pohon.
Gajah itu mencoba berkali-kali, tetapi usahanya selalu sia-sia. Gajah menjadi
sangat lelah dan menjadi semakin lapar.
Saat itu, pawang datang membawa sekeranjang
rumput dan meletakkannya di dekat gajah. Karena lapar, gajah itu kemudian
langsung memakan rumput yang sudah tidak segar lagi. Beberapa hari kemudian
gajah itu lapar lagi, dia kembali mencoba mencari makan, tapi lagi-lagi dia
terjatuh. Dia mencoba lagi, terus terjatuh. Kemudian sang pawang datang lagi
membawa rumput. Gajah makan rumput tersebut, dan seterusnya dan seterusnya.
Suatu ketika sang pawang melepaskan rantai besi dan
menggantikannya dengan seutas tali yang diikatkan ke sebuah pasak kecil yang
terrancap di tanah. Tetapi sang gajah tidak pernah mencoba lari atau berbuat
apa pun. Kenapa? Karena dalam pikirannya rantai besi itu masih mengikat
kakinya. Dia merasa bahwa apa pun cara yang dilakukannya tidak mungkin ia akan
mendapatkan rumput segar. Sejak itu hingga akhir hayatnya, dia selalu merasa
bahwa dia hanyalah makhluk kecil yang tidak berdaya. Kemampuan gajah yang
seharusnya luar biasa telah dikerdilkan oleh lingkungannya.
Lalu Ambil seekor kutu anjing dan masukkan kutu
tersebut ke dalam sebuah kotak korek api kosong. Biarkan selama satu
hingga dua minggu. Lalu keluarkan. Apa yang terjadi? Kutu itu hanya mampu
melompat setinggi kotak korek api saja. Padahal seekor kutu anjing mampu
melompat setidaknya 300 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi
tubuhnya.
Ketika kutu itu berada di dalam kotak, dia mencoba
melompat tinggi. Tapi apa yang terjadi? Dia terbentur dinding kotak korek api.
Ia mencoba lagi, dan terbentur lagi. Terus begitu, hingga ia mulai ragu akan
kemampuannya sendiri. Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya memang
hanya segini.” Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api.
Aman. Dia tidak membentur kotak lagi. Saat itulah dia menjadi sangat yakin,
"Nah benar, kan? Kemampuan saya memang cuma segini, inilah saya!"
Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa
bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu hidup
seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuannya telah dibatasi oleh lingkungannya.
Setiap orang memiliki rantai gajah dan kotak korek api
yang memenjara kemampuannya dan menghambat kemajuan dirinya. Apa yang menjadi
rantai gajah dan kotak korek api setiap diri-diri kita ini?
Sumber : Kubik Leadership
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus