Senin, 03 Agustus 2015

Lihat Diri Sendiri

 http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2011/09/meneropong.jpg
Setelah beberapa tahun membina rumah tangga, sepasang suami istri mulai dihadapkan pada sebuah masalah. Sang suami merasa ada masalah dengan istrinya. Ia mengira sudah tuli karena setiap kali dipanggil, istrinya itu tidak pernah menyahut.
Sang suami pergi ke salah satu temannya yang seorang tenaga medis utk berkonsultasi. Bicara dekat dengan temannya. Temannya itu memberi nasihat, "Coba nanti dirumah, kira-kira dari jarak lima meter, panggilah istrimu!" Sang suami bertanya, "Bila istriku tidak menyahut, apakah itu berarti dia benar-benar tuli?"
"Belum tentu. Kalau dari jarak lima meter belum menyahut, mendekatlah lagi hingga berjarak kira-kira tiga meteran."

Lalu sang suami bertanya, "Kalau ternyata dia masih tidak menyahut juga gimana?
"Mendekatlah lagi satu meter, kalu sampai sedekat itu dia  belum juga menyahut, kemungkinan besar istrimu tuli."
Kesokan harinya dia mencoba cara dari temannya itu. Dalam jarak lima meter dia memanggil istrinya yang sedang memasak didapur, "Hai sayang, sedang masak apa nih?", tetapi dia tidak mendengar ada jawaban dari istrinya. Sang suami jadi was-was, jangan-jangan istrinya memang tuli. Kemudian dia mendekat lagi menjadi tiga meter, dan dipanggilnya istrinya tercinta itu,  "Hai sayang, sedang masak apa nih, masakan kesukaanku yah?" , ternyata tidak terdengar juga jawaban dari istrinya, akhirnya sang suami tidak sabar dan mendekat lagi sambil berteriak kencang, " Hai sayang , sedang masak apa?"
Dengan muka merah, sang istri menoleh dan berkata, "Kamu ini ada apa? sudah tiga kali aku bilang sedang masak sayur sop, masih saja bertanya!"



Sangat mungkin, kesalahan ada pada diri kita sendiri, tetapi mayoritas kita sulit menyadarinya, sebagaimana sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa gajah di pelupuk mata tak kelihatan sedangkan semut di kejauhan tampak jelas.
Rasanya memang lebih sulit untuk mengendalikan orang lain. Menyuruh mereka berbuat sesuai pendapat kita. Mereka harus begini, tak boleh begitu dan seterusnya. Mungkin lebih mudah kita mengendalikan diri kita sendiri. Kita bisa menyuruh diri kita sendiri begini atau begitu.
Si gula tidak perlu meyuruh semut-semut mendatanginya, atau si bunga tidak harus memaksa kumbang menghisap saripatinya. Si gula cukup cukup membuat dirinya manis sehingga dengan senang hati para semut mendatanginya dan si bunga cukup menjadi wangi agar para kumbang menghinggapinya. 


Sumber : Kaya Tapi Miskin - Mustamir

1 komentar: